Ketik di sini apa yang ingin dicari lalu Klik “Cari Di Sini”

Cerpen “Radio Masyarakat”



“Radio Masyarakat”

Kehendak zaman?.........Semangat baru?........Ya, barangkali buat Tuan...Bagi saya belum terpikirkan........

Masih mendengung-dengung perkataan itu dalam telinga dokter Hamzah. Seakan-akan diucapkan perlahan-lahan. Seperti seorang pembicara di muka sidang ramai yang menekankan kata-katanya satu persatu, agar lebih meresap ke dalam kalbu pendengarnya.

Sayup-sayup suara itu mendatang. Tertahan-tahan, tetapi terang dan tidak ragu-ragu.Kata-kata yang diucapkan oleh kuswari tadi, tatkala ia datang ke kamarnya untuk, katanya, diperiksa sakit badannya. Kuswari mengeluh panjang-panjang. Seolah-olah dengan demikian hendak ia lemparkan segala beban yang memberat, hendak ia lepaskan segala kepegalan yang menghimpit sukma.

Dokter Hamzah meletakkan alat-alat pemeriksanya. Kus disuruhnya mengenakan bajunya kembali. Sementara ia berjalan-jalan di dalam kamar yang sedang besarnya itu. Habis segala ilmunya digunakannya. Habis segala kecakapannya dilepaskannya. Pendapat akhir tetaptak beralih. Kus tak kurang apa-apa. Badannya dalam deadaan sehat. Sepanjang ilmu kedokteran.

Tetapi dimana letak pangkalnya segala-gala ini ? Mengapa Kus semacam ini ? atau mestikah di sini dicari sebabnya dalam ilmu psikiatri lagi? Kus sudah berdiri kembali di hadapannya menantikan kata keputusannya. Sikapnya seperti seorang yang telah menyerah. Pandangannya lindap, bahkan kabur. Kepalanya tunduk. “Ya, Kus, engkau tak kurang apa-apa. Engkau sehat, tak ada obat yang dapat kuberikan tetapi....”

Ia berhenti sebentar. Ada yang dipikirkannya. Kus antara cemas dan harap. Kemudian dengan tersenyum kata dr Hamzah pula. “tetapi ada juga obat yang dapat kuberikan. Obat yang kalau dikatakan bersahaja, mahal juga didapatkan. Kus, kau harus kisarkan pandangan hidupmu. Itulah satu-satunya obat mujarab bagi penyakitmu. Kau mesti mencoba mengetahui apa kehendak zaman. Mesti mencoba mendalami semangat baru, itu tak mudah. Tapi aku percaya, kau pandai mencari dan menimbang sendiri. Buat sementara rasanya tak perlu kuterangkan kepadamu. Cari dulu. Nah, Kus nanti kita bicarakan lagi.”

Sejurus Kus terdiam. Tetapi perlahan-lahan seakan-akan bertukar cahaya mukanya, cahaya yang tak dapat disifatkan lebih jauh. Bibirnya menggelung ejek. Cepat-cepat berhamburan katanya. “Kehendak zaman? Semangat baru? Ya, barangkali buat Tuan. Bagi saya belum terpikirkan.” Cuma itu saja ia berpaling, lalu terus meninggalkan dr. Hamzah, lupa ia menabik hatinya pedar!.


Cerpen “Radio Masyarakat”
Dari: “Gema Tanah Air” Prasa dan Puisi Karya HB Yasin
Sumber : http://www.crayonpedia.org/

ARTIKEL TERKAIT: