Rumah
Puisi Darmanto Jatman dalam Karto Iya
Bilang Mboten “Rumah”
Karya : Darmanto Jatman
Rumah
Sang Guru
Laki kepada Rabinya:
Rumah itu
Omah
Omah itu dari
Om dan Mah,
Om artinya O,
maknanya langitnya, maksudnya ruang,
bersifat
jantan
Mah artinya
menghadap ke atas, maknanya bumi, maksudnya
tanah,
bersifat betina
Jadi rumah
adalah ruang pertemuan laki dan rabinya
Karenanya
kupanggil kau Semah, karena kita serumah
Sapulah
pekarangan rumah kita bersih cemerlang
Supaya
bocah-bocah dolan pada kerasan
memanggil-manggil
bulan dalam tetembangan:
-- Mumpung gede rembulane
Mumpung jembar kalangane
Suraka surak: Horee!
Na Na Na
Di kiri dan
di kanan rumah ada pekarangan
Di mana biasa
orang menanam empon-empon
Jahe untuk
menghangatkan tubuh kalau lagi selesma
Kencur untuk
ngompres kalau lagi babak belur
Kunir supaya
anak yang dikandung nanti kuning lencir
Lha di pojok
kanan pekarangan ada sumur
Perlu untuk
membersihkan kaki kita sebelum masuk rumah
Pertanda kita
selalu resik dan anteban
Tak ketempelan
demit jin setan periyangan
Nah
Inilah
pendapa rumah kita
Mandala
dengan empat saka guru dan delapan tiang penjuru
Di atas pintu
tertulis rajah:
Ya maraja
Jaramaya
Yang
maksudnya: Hai kau yang berencana jahat,
berhentilah
berencana!
Di sinilah
kita akan menerima tamu-tamu kita
Sanak kadang,
tangga teparo
Yang nggaduh
sawah, ladang atau raja kaya kita
Merembug
sesuatu yang perlu untuk kesejahteraan bersama
Sementara di
belakang pendapa ada pringgitan
di mana kelak
kau bisa duduk bersila bersama anak-anak
Menyaksikan
Ki Dalang Karungrungan
Menghidupkan
ringgit wayang di tangannya
Medar
kebijaksanaan Sastra Jendra
Lewat tutur,
suluk dan tembang
Ah Ah Ah
Rumah kita
bisa bak istana Junggringsalaka
Bila gamelan
dimainkan
Dan
waranggana nembang sahut-sahutan
Sementara
digandok sebelah
Para batih
serumah
Biasa silih
asah, silih asih, silih asuh
Dan
menyerahkan kepercayaannya dalam rumeksa kita
Somahku
Di belakang
pringgitan itulah sentong
Di mana
pusaka nenek moyang kita memancarkan pamornya
Keris Luk
Pitu, tombak Kyai Tancep serta payung
Ra Kodanan
menjaga kita
dari segala malapetaka
Di sinilah
kita samadi, merukunkan diri dengan Allah
Membebaskan
diri dari keterikatan duniawi
Lega, lila,
legawa
Menerima
nasib kita
Sebelum
kupadukan tubuhku dengan tubuhmu
Sambil
kutanamkan benihku
Dengan greget
dan sengguh yang tak kenal mingkuh
(Kelak,
memang ada baiknya kalau kita naikkan
Begawan
Ciptoning, sunggingan empu Kasman
Di atas
slintru sentong kita
Supaya mereka
pun paham
Terkadang aku
jadi Mintaraga
Terkadang
pula jadi Arjuna Wiwaha
Dan kau jadi
Batari Supraba)
Nah. Di muka
gandok itulah sepen kita
Dengan tanda
rajah:
Ya silapa
palasiya
Yang
maksudnya: Hai kau yang memberi lapar, berilah
kekenyangan!
Di atasnya
Dewi Sri,
Di depan
pintu Cingkarbala dan Balaupata
Menjaga sepen
kita agar tetap sepi dari hama
Menjaga
rezeki kita dari para durjana
Merekalah
yang akan membuka pintu sepen kita
Bagi para
papa yang membutuhkan bantuan kita
Dan akhirnya
Di sanalah
garase untuk kerbau dan sapi kita!
Somahku.
Di bawah atap
inilah kuserahkan sapu rumah ke tanganmu
Supaya
kaupelihara rumah kita dengan premati
Jadikanlah ia
kolam bagi ikan-ikan
Jadikanlah ia
sawah bagi padi-padian
Jadikanlah
ini rumah karena di sinilah kasih bertempat
tinggal
Buatlah
slametan
Dengan
gunungan nasi kuning di tambir
Iwak ingkung,
beserta uba rampenya
Setikang setikung
Gedungku watu gunung
Siapa mengharu biru milikku
Jadilah mangsa Kalabendu
Hu!
---------
Rabi Sang
Laki:
Katakanlah,
wahai katakanlah
Di mana angin
bersarang,
Gelombang
tidur
Awan
melepaskan penatnya
Dan hari
merebahkan diri
Katakan o
katakanlah Guru Lakiku
Di mana
orang-orang papa
Bakal
kautempatkan dalam rumah kita?!
Puisi Darmanto Jatman dalam Karto Iya
Bilang Mboten “Rumah”
Karya : Darmanto Jatman
ARTIKEL TERKAIT: