Hindu
memiliki beragam konsep keagamaan yang diterapkan sehari-hari. Konsep-konsep
tersebut meliputi pelaksanaan yajña, sistem Catur Warna (kasta), pemujaan
terhadap Dewa-Dewi, Trihitakarana, dan lain-lain.
Dalam
ajaran agama Hindu, Dewa adalah makhluk suci, makhluk supernatural, penghuni
surga, setara dengan malaikat, dan merupakan manifestasi dari Tuhan Yang Maha
Esa. Kata “dewa” berasal dari kata “div” yang berarti “beResinar”. Dalam kitab
suci Reg Weda, Weda yang pertama, disebutkan adanya 33 Dewa, yang mana ketiga
puluh tiga Dewa tersebut merupakan manifestasi dari kemahakuasaan Tuhan Yang
Maha Esa.
Di
antara Dewa-Dewi dalam agama Hindu, yang paling terkenal adalah yang disebut Trimurti yang terdiri dari
:
Dewa
Brahmā,
Dewa
Wisnu,
Dewa
Çiwa/Syiwa.
Dalam
kitab-kitab Weda dinyatakan bahwa para Dewa tidak dapat bergerak bebas tanpa
kehendak Tuhan. Para Dewa juga tidak dapat menganugerahkan sesuatu tanpa
kehendak Tuhan. Para Dewa, sama seperti makhluk hidup yang lainnya, bergantung
kepada kehendak Tuhan. Filsafat Advaita (yang berarti: “tidak ada duanya”)
menyatakan bahwa tidak ada yang setara dengan Tuhan dan para Dewa hanyalah
perantara antara beliau dengan umatnya.
Dalam
agama Hindu, dikenal istilah Catur Warna bukan sama sekali dan tidak sama
dengan kasta. Karena di dalam ajaran Pustaka Suci Weda, tidak terdapat istilah
kasta. yang ada hanyalah istilah Catur Warna. Dalam ajaran Catur Warna,
masyarakat dibagi menjadi empat golongan, yaitu:
Brāhmana : golongan para pendeta, orang suci,
pemuka agama dan rohaniawan
Ksatria : golongan para raja, adipati,
patih, menteri, dan pejabat negara
Waisya : golongan para pekerja di bidang
ekonomi
Sudra : golongan para pembantu ketiga
golongan di atas
Menurut
ajaran catur Warna, status seseorang didapat sesuai dengan pekerjaannya. Jadi,
status seseorang tidak didapat semenjak dia lahir melainkan didapat setelah ia
menekuni suatu profesi atau ahli dalam suatu bidang tertentu. Catur Warna
menekankan seseorang agar melaksanakan kewajibannya dengan sebaik-baiknya.
Keempat golongan sangat dianjurkan untuk saling membantu agar mereka dapat
memperoleh hak. Dalam sistem Catur Warna terjadi suatu siklus “memberi dan
diberi” jika keempat golongan saling memenuhi kewajibannya
Dalam
ajaran Hindu, Yajña merupakan pengorbanan suci secara tulus ikhlas kepada Tuhan
Yang Maha Esa, kepada para leluhur, kepada sesama manusia, dan kepada alam
semesta. Biasanya diwujudkan dalam ritual yang sangat erat kaitannya dengan
kehidupan umat Hindu. Tujuan pengorbanan tersebut bermacam-macam, bisa untuk
memohon keselamatan dunia, keselamatan leluhur, maupun sebagai kewajiban
seorang umat Hindu. Bentuk pengorbanan tersebut juga bermacam-macam, salah
satunya yang terkenal adalah Ngaben, yaitu ritual yang ditujukan kepada leluhur
(Pitra Yadnya).
Agama
ini memiliki ciri khas sebagai salah satu agama yang paling toleran, yang mana
di dalam kitab Weda dalam salah satu baitnya memuat kalimat berikut:
Sansekerta:
एकम्
सत्
विप्रा:
बहुधा
वदन्ति
Alihaksara:
Ekam Sat Vipraaha Bahudhaa Vadanti
Cara
baca dalam bahasa Indonesia: Ekam Sat Wiprah Bahuda Wadanti
Bahasa
Indonesia: "Hanya ada satu kebenaran tetapi para orang pandai menyebut-Nya
dengan banyak nama."
(dari
: wikipedia indonesia)
ARTIKEL TERKAIT: