“Sajak Tangan”
Karya : W.S. Rendra
Inilah
tangan seorang mahasiswa,
tingkat
sarjana muda.
Tanganku.
Astaga.
Tanganku
menggapai,
yang
terpegang anderox hostes berumbai,
Aku
bego. Tanganku lunglai.
Tanganku
mengetuk pintu,
tak
ada jawaban.
Aku
tendang pintu,
pintu
terbuka.
Di
balik pintu ada lagi pintu.
Dan
selalu :
ada
tulisan jam bicara
yang
singkat batasnya.
Aku
masukkan tangan-tanganku ke celana
dan
aku keluar mengembara.
Aku
ditelan Indonesia Raya.
Tangan
di dalam kehidupan
muncul
di depanku.
Tanganku
aku sodorkan.
Nampak
asing di antara tangan beribu.
Aku
bimbang akan masa depanku.
Tangan
petani yang berlumpur,
tangan
nelayan yang bergaram,
aku
jabat dalam tanganku.
Tangan
mereka penuh pergulatan
Tangan-tangan
yang menghasilkan.
Tanganku
yang gamang
tidak
memecahkan persoalan.
Tangan
cukong,
tangan
pejabat,
gemuk,
luwes, dan sangat kuat.
Tanganku
yang gamang dicurigai,
disikat.
Tanganku
mengepal.
Ketika
terbuka menjadi cakar.
Aku
meraih ke arah delapan penjuru.
Di
setiap meja kantor
bercokol
tentara atau orang tua.
Di
desa-desa
para
petani hanya buruh tuan tanah.
Di
pantai-pantai
para
nelayan tidak punya kapal.
Perdagangan
berjalan tanpa swadaya.
Politik
hanya mengabdi pada cuaca…..
Tanganku
mengepal.
Tetapi
tembok batu didepanku.
Hidupku
tanpa masa depan.
Kini
aku kantongi tanganku.
Aku
berjalan mengembara.
Aku
akan menulis kata-kata kotor
di
meja rektor
TIM, 3 Juli 1977
Potret Pembangunan dalam Puisi
(http://zhuldyn.wordpress.com)
Puisi WS. Rendra “Sajak Tangan”
Karya : W.S. Rendra
ARTIKEL TERKAIT: