Ketik di sini apa yang ingin dicari lalu Klik “Cari Di Sini”

Puisi Darmanto Jatman “Coro Lu! Maki Chef itu pada Sang Coro”



Coro Lu! Maki Chef itu pada Sang Coro
Puisi Darmanto Jatman dalam Bangsat “Coro Lu! Maki Chef itu pada Sang Coro”
Karya : Darmanto Jatman

Coro Lu! Maki Chef itu pada Sang Coro

gee!
ia am at mama mia restaurant now
makan pizza bersama satu dua coro yang lain:
-- umar kayam, tukang cerita, orang indonesia, dulu birokrat
     terpercaya
-- harsono tarupraceko, dr. ir. msie dari itb, orang indonesia,
     bekas priyayi surakarta
-- ronny adhikarya, junior researcher, orang indonesia, pernah
     dapat pacar cina singapura
serta
-- darmanto jt, dulu tukang bual, besok tukang bual, sekarang
     lagi membual…, namun demikian, kepadanya cuma aku
     menujukan rasa terima kasihku kerna cuma dia yang mem-
     bawaku pergi dari dunia tuaku: dunia tahi, kencing, ko-
     toran dan macet
     ke suatu dunia yang selalu mengalir, indah, dan bijak
     (aku warga w.c. hale manoa
     setelah berhari-hari berpikir dan beragu-ragu
     kuputuskan untuk melekat erat pada bahu darmanto)

            waw! what a wonderful world!
            what a world of color!
            what a world of song!

                        aku sungguh tersentak dan terribly shocked
                        pada petualangan pertamaku:
                        dewaa. dewaa. duh
                        indah betul dunia manusia!

(to darmanto, my savior
kuserahkan nasibku yang sebusuk kentut kera
dan biasa dimaki: bangsat! sambil dibunuh dengan semena-mena
-- aku rela
     you are my messiah, musa yang memimpin ziarahku dari
                                                                        negeri coro ke pizza)

wirr
i am at mama mia restaurant now
nunggui pasangan main cinta di meja seberang
gugup seperti sahabatku – rita si ratu coro – di pojok w.c. suatu hari
mendengar cumbuan pacarnya, yang serem lagi asyiik:
                                                                i’ll fuck you good sweetie
sambil tak habis menggosok-gosokkan sungutnya.

dengan malu aku memutar leherku di pundak darmanto
bersama-sama dia membaca plakat kaum pacifist di tembok:
--  “in case of atomic war”
     At the time you see the funguslike cloud
     please follow these instructions
     : close your window
     do your hair
     wear your black suit
     don’t forget to put on your shoes
     then, kiss your ass goodbye!

            diancuk!
            bukan main jenaka sekarat mereka
            makhluk-makhluk suarga ternyata
            sama saja konyolnya dengan coro-coro hale manoa
            minta ampun
            aku mau muntah
            ho-oiiik!

            i lay high in a somnambulistic dream
            demam coro yang malang kepukul wishful thinking
            tentang dunia cantik yang barangkali, mungkin,
            -- bahkan hampir saja bisa diciptakan
aku menatap bengong bagaimana para indonesian sholar itu
makan pizza yang besar, wangi, hangat, apalagi bundar
minum bir sambil main saling puji:
     --    wah. kalau mas kayam sih… (jempol!)
     --    rak. rak. yen kowe pujonggo tenang… (c’est magnifique)
     --    a. a!

kakekane!
tak layakkah aku muntah cuma karena aku coro?
(aku rela saja mati
asal kudapat hakku untuk jijik
tak ada lagi alasan bagiku untuk hidup
sudah kusaksikan semesta
kucoba resapkan bagaimana demokratiknya para so called intellectuals)

tiba-tiba
the band stings my ears
                        musik yang kusuka
                                    lagu cowboy yang biasa dinyanyikan
                                    saviour
                                    --    ku selagi ia menggembala dari atas closetnya:
                                    --    i’ll fuck a woman
                                          i’ll fuck a woman
                                          i’ll fuck a woman!

aku loncat ke meja
--    sorry darmanto
      aku sangat lapar
darmanto tersenyum
barangkali ia senang sungut antenaku, atau sayap mosaikku,
atau mata intanku atau barangkali kepalaku yang terlalu kecil
dibanding badanku

--    silahkan! katanya
--    waw! you are really the democrat sir.

                                                --    fantastik!
                                                      coro sama derajat dengan manusia
                                                      keliling meja makan pizza

                        --    hmm, ck ck ck. nice
                              hmm. ck. ck. ck. great
                              waw what a darmanto!   

tapi tiba-tiba
seperti cendawan bom atom
tangan umar kayam yang besar mengembang di atasku
--    oh. no. don’t!
aku mencoba meloncat
tapi ideku memaksaku tetap duduk
            menjadi martir!
            membuktikan mungkinnya demokrasi!
            menentang apa yang mereka bilang kodratku –
            dengan kemauan!
            kurang ajar!

-----------------
ah. darmanto
sebentar lagi aku mampus
goodbye mein herr
goodbye
auf wieder sehen
aloha!


Puisi Darmanto Jatman dalam Bangsat “Coro Lu! Maki Chef itu pada Sang Coro”
Karya : Darmanto Jatman

ARTIKEL TERKAIT: