Memandang Padang Alang-alang pada Suatu Malam
Puisi
Darmanto Jatman dalam Sang Darmanto
Karya :
Darmanto Jatman
Tiada
kusaksikan sesuatu
Waktu aku
menatap jauh kepadamu
Angin membunyikan suara tak tentu
Meraba bibirku:
Ia seolah bisikan
Ia seolah nyanyi
Sebab aku tak
boleh berdusta
Maka kubilang
padamu:
Ia hanyalah
angin yang menyentuh bibirku belaka
(Wah. Aku
sudah cemas
Kalau-kalau
aku bilang itu peri
Padahal
sekadar ilalang yang berayun
Sentuh-menyentuh
pucuk ke pucuk).
Namun
daripada kita diam
Ayo kita
nyanyikan bukan dusta dari nenek moyang kita
Sir sir pong dele gosong
Sir sir pong dele
gosong
Tentu bukan
dusta
Sebab sebagai
kata mereka:
Itulah milik
kita yang sah
Yang telah
diuji dan diasah oleh sejarah.
Tiada
kudengar sesuatu
Waktu aku
menilingkan telingaku kepadamu
Angsa-angsa berbaris di bawah bulan
Mendongak-dongakkan kepala secara
serempak:
Seolah menjerit
Seolah menari
Namun
Sebab aku tak
boleh berdusta
Maka kubilang
padamu:
Mereka tentu
tidak minta keajaiban
Dari terang
bulan menuju ke hujan
(Wah. Sulaiman
Wah. Anglingdarma)
Sungguh
Tiada
kudengar
Tiada
kusaksikan
Riuh rendah
Karnaval
topeng-topeng
(Namun toh
terasa
gemuruh yang
menyesak
gemerlap yang
me…….
Haii!
Siapa yang
paling bodoh
Copot
topengmu!
Buka suaramu!
Dan
tiba-tiba:
Wah!
Tuhan tersipu-sipu di muka kita
Tapi
Siapakah Dia?
Menghadap-Mu
Pagi Ini
24 huruf
bersijingkat
membentuk
semboyan-semboyan yang bijak
aku pun paham
bermula
dari-Mu pula
lahir suara
dan tanda
dan Kata
dan Aku
Serempak nyanyi
Serempak bersorak
Dan aku pun
rebah!
Puisi Darmanto Jatman dalam Sang
Darmanto “Memandang Padang Alang-alang pada Suatu Malam”
Karya : Darmanto Jatman
ARTIKEL TERKAIT: