Cintaku di Kereta Api Kertajaya
Akhirnya tiba
juga Hari yang kunantikan selama ini, rasanya seneng banget karena hari ini aku
bisa mudik ke kampung halaman. Rasanya sudah tidak sabar ingin segera ketemu
keluarga di rumah, aku sudah kangen banget sama bapak, ibu dan juga
adik-adikku. Barang barang bawaanku sudah kumasukkan ke dalam tas Ransel,
begitu juga dengan oleh-oleh buat keluarga yang pagi tadi ku beli sudah ku
kemas rapi ke dalam kardus, rasanya semua sudah siap.
Jam di rumah
kontrakanku sudah menunjuk angka 2, sudah tiba saatnya aku berangkat menuju
stasiun pasar senen, tapi apes banget setelah seperempat jam menunggu bis yang
akan membawaku ke stasiun tak juga datang, “sial biasane gak suwe ngene bis e,
terpaksa naksi iki” gumamku dalam hati
Maklumlah aku
cuma pegawai rendahan, untuk naik taksi saja aku harus merogoh kocek
dalam-dalam karena yang semacam ini tidak pernah masuk dalam rencana anggaran
belanja Adi (namaku).
Tak lama
berselang sebuah mobil taksi melaju dengan kecepatan sedang, aku melambaikan
tangan memberi isyarat kepada sang sopir untuk berhenti,
“kemana mas?”
tanya sang sopir
“senen,
berapa bang?”jawabku serius
“50 ribu
mas!” seru sopir taksi itu
“35 ribu ya
bang” kucoba menawar
setelah
kutawar akhirnya sang sopir bersedia ku bayar 40 ribu, padahal kalau naik
kopaja cuma bayar 2 ribu saja tapi tak apalah, sekali sekali naik taksi.
Sampai di
stasiun senen jam 15:30 aku bergegas ke loket untuk mendapatkan karcis kereta
api kerta jaya, untung tidak begitu banyak orang yang akan menggunakan kereta
api, setelah mengantri sekitar 10 menit akhirnya kudapatkan karcisnya.
Kereta
diberangkatkan menuju surabaya pasar turi nanti tepat pukul 17:00, aku
memanfaatkan waktu yang masih sekitar satu jam ini untuk sekedar duduk
meregangkan otot-otot kaki sambil membaca jawa pos yang baru terbit yang tadi
kubeli sewaktu turun dari taksi, setelah merasa cukup istirahat aku bergegas
menuju kereta api kerta jaya yang sudah parkir sejak tadi.
Gerbong 7
nomor 17 D adalah tujuanku, dengan mudah ku bisa sampai ke tempat yang
kumaksud. Tas ransel dan juga kardus yang berisi oleh-oleh untuk keluarga sudah
ku taruh di tempat yang memang telah disediakan yaitu tepat di atas jok yang ku
tempati
“aah beres”
Aku duduk
dengan santai dan melanjutkan membaca jawa pos karena jok dengan nomor A, B, C
dan E yang ada di sebelahku belum terhuni, sementara para pedagang asongan
lalu-lalang menawarkan daganganya, tak lama kemudian nampak seorang gadis
cantik yang seumuran denganku menuju ke arahku sambil memegang karcis di tangan
kirinya.
“Maaf mas,
ini gerbong 7 atau 8″ tanyanya padaku
“ini gerbong
7 mbak, mbak cari gerbong 7 atau 8?” aku balik tanya
“gerbong 7
mas, nomor 17 E” jawabnya kalem
“bener disini
mbak, sebelahan sama aku ini” balasku bersemangat, aku membantu gadis itu
menaruh kopernya bersebelahan dengan barang-barang milikku yang sudah lebih
dulu nangkring di atas.
“makasih mas”
“oke,
sama-sama mbak”
Sepertinya
sebentar lagi kereta mau diberangkatkan, dan jok yang bernomor 17 A B C pun
telah ditempati oleh satu keluarga yang hendak turun di cepu.
Aku sesekali
mengobrol dengan bapak dan juga ibu yang di hadapanku, mereka juga menanyakan
padaku akan kemana tujuanku
“kulo mandhap
bojonegoro, pak” aku mnjelaskan pada keluarga yang dari cepu ini
Thuuuuttt…
bunyi klakson kereta yang mulai melaju
Sementara
gadis yang di sebelahku hanya terdiam dan sesekali memperhatikan handphone
miliknya. Penampilanya sederhana tapi ia cukup cantik untuk ukuranku, sesekali
aku mencuri pandang dan kuperhatikan wajahnya yang cantik serta penampilanya
yang anggun, rambutnya sebahu dengan menggunakan jepit rambut kupu-kupu.
Rasanya ingin
berkenalan dengan gadis ini, maklumlah aku juga belum punya pacar, siapa tau ia
juga masih jomblo pikirku sambil senyum sendiri.
“turun dimana
mbak?” tanyaku membuka pembicaraan
“bojonegoro
mas” jawabnya singkat
“benarkah,
aslinya mana?” sahutku penasaran
“asli
bojonegoro mas” ia menegaskan
“sama
denganku, kenalkan saya Adi” balasku sambil mengulurkan tangan
“Vita”
balasnya bersamaan ia menjabat tanganku.
Setelah
saling kenal aku dan Vita pun ngobrol termasuk saling menanyakan alamat dan
pekerjaan kami masing-masing selama di jakarta.
Vita adalah
seorang gadis yang bekerja di salah satu pabrik di daerah Tanggerang. Kami pun
mulai asyik ngobrol dan tak Lagi mempedulikan para pedagang asongan yang lalu
lalang, sementara ku lihat orang-orang di hadapanku sudah terlelap. Aku masih
saja mengobrol dengan vita, kini vita tak canggung lagi untuk berbicara tentang
kehidupan pribadi masing-masing, pun akhirnya aku bisa tau ternyata si vita
juga lagi jomblo. Ia baru saja ditinggalkan pacarnya, begitu juga denganku yang
baru sebulan ini menjomblo setelah aku mengetahui pacarku selingkuh.
Terlalu asyik
mengobrol tak terasa jam di arlojiku sudah menunjuk angka 12, aku merasa
sedikit lapar, mungkin rasa yang sama juga melanda vita. Ku beli 2 buah pop mie
dari para asongan yang tak lelah menawarkan dagangannya, untuk sedikit
mengganjal perut, seusai makan kami melanjutkan mengobrol sambil menikmati kopi
yang tadi ku beli bersamaan dengan pop mie. setelah hampir satu jam vita merasa
mengantuk dan izin untuk tidur duluan, sementara mataku seperti ada yang
mengganjal enggan terpejam, karena tempat duduk yang sempit tanpa sengaja
kepala vita mendarat di pundakku, aku hanya terdiam dan sesekali memperhatikan
jepit rambut kupu-kupu yang ia pakai.
Kereta terus
melaju seolah mengejar waktu, saat mentari mulai Nampak kereta telah sampai di
stasiun cepu dan berhenti sejenak, bapak, ibu dan juga anaknya berpamit padaku
untuk turun, sementara vita masih tidur bersandar di pundakku, aku memintanya
untuk pindah di jok yang semula ditempati oleh keluarga yang baru saja turun.
Saat ia berpindah jepit rambut kupu-kupunya jatuh aku berusaha untuk
memungutnya, tanpa sengaja tangan vita memegang tanganku karena ia juga bermaksud
mengambil barang kepunyaanya yang terjatuh. seketika aku dan vita beradu
pandang, sungguh tatap mata yang tajam itu membuatku terpesona.
“Ini vit”
ucapku padanya sambil menyerahkan jepit rambutnya
“makasih di”
jawabnya malu-malu
Sesaat kami
tertegun tak bertegur sapa dan hanya mata kami saja yang berisyarat, tak terasa
kereta sebentar lagi sampai bojonegoro, namun berbanding terbalik dengan
keinginanku kemarin yang ingin cepat-cepat sampai rumah kali ini aku merasa
masih betah untuk selalu di dekat vita, walau aku baru mengenalnya aku merasa
sangat nyaman bila ngobrol dan dekat dengannya. aku membantu vita membawakan
koper saat kami sama-sama turun, aku dan vita bertukar nomor Hp. dengan berat
hati kami berpisah di bojonegoro namun aku janji akan menghubungi dia nanti.
“hati-hati ya
vit” aku berpesan
“Makasih,
Kamu juga hati-hati ya” jawabnya mengakhiri
Sesampai di
rumah dan bertemu seluruh keluarga aku berpamit untuk istirahat, karena malam
tadi di kereta mataku tak mau merem.
Namun aku
selalu terbayang vita hingga memaksaku untuk berkelana di alam hayalku, ku
putuskan untuk menghubungi vita guna meredakan hayalku yang semakin jauh. Tapi
sesaat aku hendak menelfon vita hp ku lebih dulu berdering dan kulihat vita
memanggil, dengan semangat aku memencet tombol jawab di hpku.
“hai di” sapa
vita
“iya vit, eh
tau gak baru saja aku mau nelfon eh keduluan kamu” jawabku mengungkapkan
“kangen yah”
balas vita menggoda
“hehe… iya,
jangan jangan kamu juga kangen ini” balasku sekenanya
Kami pun
terlibat pembicaraan panjang hingga membuatku terlupa pada mataku yang minta
merem, ternyata vita juga merasakan hal yang sama persis dengan yang kurasa
saat ini, pada intinya kami saling menyukai.
Setelah tau
perasaan masing-masing kami semakin sering komunikasi meski hanya lewat telpon
dan pesan pendek, kami pun berencana untuk balik ke Jakarta bareng.
Rasanya sudah
gak sabar menunggu hari itu, aku berencana akan menembaknya nanti saat di
kereta.
Namun di
tengah hari-hariku yang kini berbunga-bunga, aku kembali dipertemukan dengan
Ami saat aku pergi mengantar ibuku belanja, yaitu teman sekolah dulu. Ami ini
tidak kalah cantik jika di banding vita, ia adalah gadis yang pernah aku taksir
tapi gagal aku dapatkan. Seketika aku jadi salah tingkah sebab bagaimanapun aku
pernah menyukainya. Ia berharap padaku untuk mencarikan kerja di Jakarta, aku
ingat di tempat kerjaku juga sedang butuh pegawai. setelah panjang lebar aku
menjelaskan padanya tentang pekerjaan nanti ia bersedia bekerja di tempatku bekerja,
ia akan berangkat bersama denganku dan juga vita.
Hari ini aku
balik kejakarta diikuti ami, sesaampai stasiun aku menghubungi vita yang sudah
lebih dulu sampai.
Aku
mengenalkan ami pada vita, Nampak mimik wajah ami yang kurang begitu suka
dengan keberadaan vita, berbeda dengan ami ternyata vita menanggapinya santai.
Tak tau
kenapa hari ini ami sangat aneh, ia menjadi sewot jika melihat aku sedang
memperhatikan vita, ia selalu berulah untuk mendapat perhatianku dan juga vita.
“di
handphonku tiba-tiba ilang” ucap ami panik
“coba kamu
cari di tas, siapa tau kamu lupa” jawabku menenangkanya
“gak ada di,
jangan-jangan diambil vita” balas ani menggerutu
“enak aja
nuduh orang” timpal vita
“gak
mungkinlah vita yang ngambil” bela aku
“Coba kamu
periksa tas vita di” pinta ami
Setelah di
paksa ami aku pun memeriksa tas vita, dan betapa terkejutnya aku saat mendapati
hp ami di dalam tas vita. Kuperhatikan wajah vita yang santai dan tak nampak
seperti orang yang bersalah. Aku pun berfikir mungkin ini hanya akal-akalan ami
untuk menjatuhkan vita.
Ternyata
dugaanku benar ami berupaya membuat vita malu dengan menaruh sendiri hpnya ke
dalam tas vita saat tadi vita pergi ke toilet, Aku pun mengabaikan segala ulah
dan provokasi ami.
Aku menikmati
saat bersama vita, Aku merasa Malam ini vita cantik sekali masih dengan jepit
rambut yang sama seperti dulu saat pertama kali aku melihatnya.
Setelah lelah
bertukar cerita saat masih di kampung, aku bermaksud mengungkapkan perasaaanku
pada vita namun rasa takut untuk di tolak juga datang hingga ku menggurungkan
niat itu, aku dan vita terdiam untuk sesaat sementara ami sudah mulai pulas.
Aku melawan
segala keraguanku, ku tatap vita dalam-dalam
“vit, aku
sayang kamu” ucapku gugup
Vita hanya
diam mematung seakan tak menyadari ucapanku
“aku cinta
kamu vit, maukah kamu jadi pacarku” lanjutku lagi semakin gugup
Lagi-lagi
vita diam tak menghiraukan perkataanku, ia menghela nafas yang panjang
Tentu saja
aku jadi bingung melihat tingkah vita.
“aku juga
sayang kamu di, aku mau jadi pacarmu” balasnya sambil menunduk
“benar vit”
jawabku girang sembari memegang kedua tangannya.
Aku memeluk
vita, suasana gaduh membuat ami terjaga, aku perhatikan raut wajah ami yang
seketika memerah, tapi aku dan juga vita tak menghiraukan ami yang mulai
memelas.
Sesampai di
Jakarta aku mengajak vita dan juga ami untuk mampir ke rumah kontrakanku,
sebelum akhirnya aku mengantar vita untuk pulang ke tempat kosnya di daerah
tanggerang. Ami pun tidak jadi mau bekerja bersamaku, ia lebih memilih pergi ke
rumah saudaranya.
Hubunganku
dengan vita semakin hari semakin romantis, aku berusaha selalu menyempatkan
datang ke tempat kosnya untuk melepas kerinduan, begitu juga vita saat ia libur
sering datang ke rumah kontrakanku untuk mengajakku jalan.
Kami
berencana untuk membawa hubungan ini lebih serius dan melanjutkanya ke jenjang
pernikahan.
Cerpen Karangan: Edi Suliswanto
Facebook: Otnawsilus ide
Aku punya hobbi menulis, tapi tak ada
bakat untuk menulis.
tapi aku ingin terus belajar menulis,
mohon bantuan saran dan kritiknya.
Sumber : http://cerpenmu.com/
ARTIKEL TERKAIT: